GBP/JPY Menghadapi Tekanan di Dekat 181,00 karena Kekhawatiran terhadap Resesi Inggris Semakin Dalam
- GBP/JPY turun dari 181,00 karena kekhawatiran resesi dalam ekonomi Inggris semakin dalam.
- Para pengambil kebijakan BoE mungkin bingung antara resesi dan kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut.
- Inflasi Jepang tetap di atas 2% selama 20 bulan berturut-turut.
Pasangan GBP/JPY turun kembali saat mencoba naik di atas 181,00 setelah Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS), dalam estimasi terbarunya, melaporkan kontraksi pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga. ONS memproyeksikan performa yang stagnan pada estimasi awal dan kini kontraksi yang mengejutkan telah memperdalam kekhawatiran akan resesi teknis dalam perekonomian Inggris.
Dalam Ringkasan Proyeksi (SOP) terbaru, Bank of England (BoE) memprakirakan pertumbuhan yang stagnan untuk kuartal terakhir 2024. Setiap angka yang tidak menguntungkan akan dianggap sebagai resesi teknis. Para pengambil kebijakan Bank of England (BoE) berada dalam dilema apakah akan mendukung penurunan suku bunga untuk menghindari resesi teknis atau tetap fokus pada sikap kebijakan yang ketat untuk memastikan kembalinya inflasi ke level 2%.
Sementara itu, data Penjualan Ritel yang lebih kuat dari proyeksi untuk bulan November telah memberikan alasan bagi para pengambil kebijakan BoE untuk mempertahankan suku bunga.
ONS melaporkan bahwa momentum belanja konsumen tumbuh pada laju yang lebih kuat yaitu 1,3% dibandingkan estimasi 0,4%. Di bulan Oktober, Penjualan Ritel stagnan. Penjualan Ritel tahunan secara mengejutkan naik 0.1% sementara investor memprakirakan kontraksi sebesar 1.3% karena permintaan yang tinggi di toko-toko ritel non-makanan di tengah diskon besar-besaran karena acara Black Friday. Hal ini telah memulihkan kekhawatiran terhadap inflasi yang terus berlanjut.
Dari Tokyo, reisalah rapat kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) mengindikasikan bahwa para anggota setuju untuk mempertahankan suku bunga negatif sampai pencapaian inflasi 2% melalui pertumbuhan upah menjadi jelas. Selain itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional untuk bulan November, yang dirilis pada hari Jumat pagi, melambat ke 2,8% dari angka sebelumnya yaitu 3,3%. Tekanan harga dalam ekonomi Jepang tetap berada di atas 2% selama 20 bulan berturut-turut.