WTI Kembali Mendekati $78,30 Setelah Mencapai Tertinggi Bulanan karena Meningkatnya Ketegangan di Laut Merah
- Harga WTI menguat di tengah ancaman gangguan pasokan di Laut Merah.
- Harga minyak mentah melonjak karena sebuah pesawat tak berawak menyerang sebuah pos terdepan AS di Yordania pada hari Ahad.
- Militer AS dapat melakukan serangan ke Iran.
- OPEC+ akan mengadakan konferensi online pada tanggal 1 Februari untuk memutuskan kebijakan produksi lebih lanjut.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melanjutkan kenaikannya selama empat sesi berturut-turut, diperdagangkan lebih tinggi di dekat $78,30 per barel pada hari Senin, pada saat berita ini ditulis. Harga WTI mencapai puncak bulanan di $79,19 pada awal jam-jam perdagangan Asia tetapi sejak itu telah memangkas beberapa kenaikan mereka dalam perdagangan harian. Namun, lonjakan harga minyak mentah didorong oleh kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan setelah serangan rudal terhadap kapal tanker bahan bakar di Laut Merah.
Selain itu, pada hari Ahad, sebuah serangan pesawat tak berawak menargetkan sebuah pos Amerika Serikat (AS) di Yordania, dekat perbatasannya dengan Suriah, yang mengakibatkan kematian tragis tiga anggota militer AS dan menyebabkan setidaknya 24 orang lainnya terluka. Laporan-laporan mengindikasikan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan militer AS secara aktif mengembangkan rencana spesifik untuk mengatasi serangan ini. Di antara langkah-langkah potensial yang sedang dipertimbangkan, ada prospek serius untuk melakukan serangan di Iran, yang mewakili eskalasi yang signifikan jika tindakan tersebut dilaksanakan, yang pada gilirannya, dapat bertindak sebagai pendorong bagi harga minyak mentah.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dijadwalkan untuk mengadakan konferensi online pada tanggal 1 Februari, di mana mereka dapat mengambil keputusan mengenai kebijakan produksi lebih lanjut. Saat ini, OPEC+ secara kolektif telah berkomitmen untuk mengurangi produksi secara sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama, dengan Arab Saudi memimpin dengan mempertahankan pengurangan sukarela sebesar 1 juta bph. Namun, Gazprom Neft, produsen minyak utama Rusia, berpendapat bahwa tidak ada kebutuhan untuk pemotongan tambahan pasokan minyak oleh anggota OPEC+. Sementara itu, prognosis untuk ekspor produk olahan Rusia diantisipasi akan menurun karena perbaikan yang sedang berlangsung di beberapa kilang menyusul serangan drone.
Harga minyak mentah mungkin telah menerima dukungan ke atas, sebagian didorong oleh data PDB Tahunan (Q4) yang lebih baik dari prakiraan yang dirilis dari Amerika Serikat pekan lalu. Faktor lain yang berkontribusi pada penguatan harga minyak mentah adalah spekulasi seputar People's Bank of China (PBoC) yang mempertimbangkan potensi penurunan suku bunga Fasilitas Pinjaman Jangka Menengah (MLF), mengingat bahwa Tiongkok, sebagai importir minyak terbesar, memiliki pengaruh yang besar pada pasar minyak global.