IHSG Kembali Catatkan Rekor Tertinggi Setelah Libur Panjang, SSIA Jadi Top Gainer Teratas

Bagikan:
  • IHSG mencatatkan rekor tertinggi di 7441,61.
  • Inflasi Amerika Serikat tetap persisten, menurunkan peluang penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
  • Rupiah terus menguat untuk hari perdagangan keempat berturut-turut.

IHSG naik ke rekor tertinggi 7441,61 setelah dibuka di 7422,02 hari ini. Indeks kembali mencetak rekor untuk hari perdagangan kedua berturut-turut setelah akhir pekan panjang karena Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946 pada hari Senin, dan cuti bersama Hari Suci Nyepi pada hari Selasa. Indeks menutup Rabu di 7421,20, hampir tidak berubah pada basis harian. Top gainer saham hari ini adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) yang hari ini melonjak sebesar 25%, bisnis utama emiten ini adalah pengembangan kawasan industri dan real estate, konstruksi serta perhotelan.

SSIA melejit dan ditutup hari ini senilai Rp 775 per lembar saham, dari harga pembukaannya di RP 625 dan harga penutupan kemarin di Rp 620. Melejitnya saham ini kemungkinan karena The Jok Tung, Direktur Surya Semesta Internusa Tbk memborong saham SSIA dengan total 8,03 juta lembar saham. Transaksi tersebut dilakukan pada 28-29 Februari 2024, dan 4 Maret 2024.

Penguatan IHSG mengikuti indeks-indeks utama Amerika Serikat yang ditutup positif kemarin, Dow Jones, Nasdaq 100, Nasdaq, dan S&P 500 ditutup positif antara +0,61% hingga 1,54%.

Rupiah menguat terhadap Dolar AS hari ini ke 15.575. Kenaikan ini merupakan penguatan hari perdagangan keempat berturut-turut. Penguatan Rupiah bertentangan dengan Indeks Dolar AS yang hari ini menguat terhadap beberapa mata uang lainnya.

Indeks Dolar AS sendiri secara luas menguat setelah inflasi konsumen untuk bulan Februari lebih panas dari prakiraan. Inflasi di AS, yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), naik ke 3,2% pada basis tahunan di Februari dari 3,1% di Januari. IHK Inti Tahunan, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 3,8% pada periode yang sama, dibandingkan kenaikan 3,9% di Januari namun di atas prakiraan pasar 3,7%. Hasil inflasi ini memicu spekulasi bahwa The Fed mungkin mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama. Suku bunga yang tinggi memikat arus modal ke AS dan menguatkan Dolar AS sebelum ada kepastian penurunan suku bunga dari bank sentral AS. Dolar AS yang kuat bisa melemahkan Rupiah sehingga membuat barang-barang atau bahan baku impor menjadi lebih tinggi harganya. Perhatikan emiten-emiten yang bahan baku produksinya impor dari negara-negara luar dalam waktu dekat.

Level-level yang perlu diperhatikan jika IHSG melakukan koreksi adalah 7376,15 (terendah 8 Maret) dan 7248,52 (terendah 6 Maret). Sedangkan untuk sisi atas, IHSG hanya dibatasi oleh 7441,61 (tertinggi sepanjang masa) dan perlu menembusnya untuk kembali mencatatkan tertinggi baru sepanjang masa.

Grafik Harian IHSG

Bagikan: Pasokan berita