USD/IDR Terpukul, Membawa Rupiah ke Level di Bawah 16.100 setelah Inflasi Indonesia Tetap Terjaga
- Rupiah Indonesia (IDR) mendapatkan kekuatan ke 16.095 setelah data inflasi Indonesia yang optimis.
- Inflasi Indonesia tetap terjaga di kisaran target 2,5±1%, data tahunan berada di 3,00%, bulanan di 0,25%.
- Para pedagang akan mengawasi data Nonfarm Payrolls AS malam ini.
Pada perdagangan sesi Asia hari ini, Rupiah Indonesia (IDR) menguat ke 16.095 setelah kemarin berhasil mencapai level di bawah 16.100, dengan mencatatkan level terkuat di 16.075 yang didorong oleh data Inflasi Indonesia yang optimis dan Dolar AS (USD) yang melemah. Pasangan USD/IDR tidak banyak bergerak pagi ini menjelang rilis Nonfarm Payrolls (NFP) AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melaporkan data Inflasi kemarin (2 April 2024) yang tetap terjaga dalam kisaran Bank Indonesia (BI) di 1,5%-3,5%. Data inflasi tahun-ke-tahun pada bulan April menunjukkan penurunan ke 3,00% dibandingkan dengan 3,05% sebelumnya dan di bawah estimasi 3,06%. Selain itu, data inflasi bulan-ke-bulan berada di 0,25% di bawah 0,52% sebelumnya dan di atas estimasi 0,21%. Sementara, data inflasi inti naik 1,82%, di atas 1,77% sebelumnya dan estimasi 1,76%.
Dalam laporannya mengenai data inflasi ini, BI menyebutkan bahwa data inflasi yang tetap terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah. BI meyakini ke depannya inflasi akan tetap terjaga di kisaran target yang telah ditetapkan.
Di Amerika Serikat, Departemen Ketenagakerjaan telah melaporkan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal yang berakhir pada tanggal 26 April yang dirilis semalam, tetap stabil di 208.000, lebih baik dari estimasi pasar untuk peningkatan ke 212.000.
Selanjutnya malam ini di sesi perdagangan Amerika, para pedagang akan mencermati data Nonfarm Payrolls AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut akan jalur kebijakan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
Menurut pandangan Tim Riset Erste Bank, ekspektasi untuk penurunan suku bunga AS akan meningkat lagi seiring dengan meredanya tekanan inflasi dan melambatnya perekonomian. Hal ini mendukung pelemahan Dolar AS secara perlahan. Namun, ada risiko bahwa inflasi AS akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama dan penurunan suku bunga AS akan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk terwujud, yang berarti penguatan USD dari level saat ini.