WTI Hentikan Penurunan Beruntun setelah Arab Saudi Naikkan Harga Minyak untuk Bulan Juni
- Harga WTI menguat setelah Arab Saudi menaikkan Harga Jual Resmi (OSP) untuk minyak yang dijual ke sebagian besar wilayah.
- Para produsen OPEC+ bersiap untuk memperpanjang pemangkasan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari setelah bulan Juni.
- Harga minyak naik tipis karena kekhawatiran tentang potensi kegagalan kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menghentikan penurunan beruntunnya, diperdagangkan di kisaran $78,20 per barel selama sesi Asia pada hari Senin. Harga minyak naik setelah Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah bulan Juni untuk sebagian besar wilayah. Arab Saudi menaikkan Harga Jual Resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni, yang mengindikasikan ekspektasi permintaan yang kuat selama musim panas.
Selain itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) diprakirakan akan mempertahankan tingkat produksi minyak untuk tiga bulan lagi ketika para menteri menilai kembali alokasi produksi pada 1 Juni. Para produsen OPEC+ mengumumkan pekan lalu bahwa mereka siap untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) setelah bulan Juni jika permintaan minyak gagal pulih seperti yang diantisipasi.
Dari sisi geopolitik, harga Emas cair menguat karena kekhawatiran mengenai kemungkinan gagalnya kesepakatan gencatan senjata Gaza. Hal ini telah memperbaharui kekhawatiran suplai bahwa konflik Israel-Hamas dapat meningkat lebih jauh di Timur Tengah, seperti yang dilaporkan oleh Reuters. Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri konflik dengan imbalan pembebasan sandera, sebuah kondisi yang dengan tegas ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dari sisi permintaan, data pekerjaan AS yang lebih rendah dari prakiraan telah membangkitkan harapan untuk penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini, yang mempengaruhi sisi permintaan. Suku bunga yang lebih rendah dapat menstimulasi aktivitas ekonomi di Amerika Serikat (AS), yang pada akhirnya meningkatkan prospek permintaan untuk Minyak. Selain itu, sentimen ini menekan Dolar AS (USD) ke bawah, yang secara efektif menurunkan harga Minyak mentah untuk negara-negara yang menggunakan mata uang alternatif.