WTI tetap Defensif di Sekitar $78,00 di Tengah Tanda-Tanda Berkurangnya Pasokan, Penguatan Dolar AS
- Harga WTI tetap sedikit defensif di dekat $78.00 pada hari Rabu.
- Meredanya kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak membatasi kenaikan emas hitam untuk saat ini.
- Arab Saudi telah menaikkan harga minyak untuk para pelanggan Asia, termasuk RRT.
Western Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $78,00 pada hari Rabu. Emas hitam melemah karena Dolar AS (USD) yang lebih kuat dan tanda-tanda meredanya kekhawatiran terhadap pasokan. Para pedagang minyak akan mengalihkan fokus mereka ke laporan stok minyak mentah EIA yang akan dirilis pada hari Rabu.
Pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih belum pasti. Kabinet perang Israel memilih untuk melanjutkan serangan militer terhadap Hamas, dan pasukan Israel melancarkan serangan di kota paling selatan Gaza. Meskipun Hamas menyetujui proposal gencatan senjata pada hari Senin, Israel mengatakan bahwa kondisi tersebut tidak memenuhi tuntutannya, seperti yang dilaporkan oleh New York Times. Setiap tanda-tanda meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah dapat menyebabkan kenaikan tajam pada harga minyak, menurut EIA. Di satu sisi, meredanya kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dapat menyeret harga WTI lebih rendah.
Pada hari Selasa, American Petroleum Institute (API) mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS untuk pekan yang berakhir 3 Mei naik 509.000 barel dari kenaikan 4,9 juta barel pada pekan sebelumnya. Konsensus pasar memperkirakan stok akan turun 1,43 juta barel. Kenaikan stok minyak mentah AS memberikan tekanan jual pada harga emas hitam, karena ini biasanya merupakan tanda lemahnya permintaan.
Di sisi lain, Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni karena prospek permintaan yang kuat pada musim panas ini. Kenaikan ini sejalan dengan upaya Arab Saudi untuk mempertahankan harga seiring dengan memudarnya prospek konflik di Timur Tengah, demikian dikutip dari Bloomberg.