USD/IDR Terjerembab ke 16.075, Rupiah Terdorong oleh Optimisme Konsumen yang Meningkat
- USD/IDR terlihat masih berkisar di dekat level 16.100-16.050, Rupiah mendapatkan kekuatan dari Kepercayaan Konsumen yang meningkat.
- Optimisme Konsumen Indonesia untuk bulan April terlihat meningkat ke 127,7, menurut laporan dari Bank Indonesia.
- Data-data inflasi AS akan menjadi kunci yang harus diperhatikan pada perdagangan pekan ini.
Pada hari Senin, pasar keuangan Indonesia kembali dibuka setelah libur panjang pekan lalu. Pagi ini, di perdagangan sesi Asia, pasangan USD/IDR dibuka di 16.068, dan sempat merangkak naik ke 16.095, kembali mendekati level 16.100 karena penumpukan pesanan dan reaksi yang tertunda dari pekan sebelumnya. Namun, Rupiah mendapatkan dorongan kekuatan setelah Kepercayaan Konsumen Indonesia terlihat optimis, dengan USD/IDR merosot hingga ke 16.075 pada saat berita ini ditulis.
Rupiah sempat tertekan setelah laporan Cadangan Devisa (CaDev) bulan April yang dirilis pada hari Rabu lalu, sebelum libur panjang dimulai, menunjukkan kontraksi ke USD136,2 Miliar dari USD140,4 Miliar pada bulan sebelumnya, walaupun dalam laporannya Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa mereka masih meyakini CaDev ke depannya akan akan tetap memadai.
Kemudian pagi tadi, Bank Indonesia (BI) telah merilis data Kepercayaan Konsumen untuk bulan April, yang meningkat ke 127,7 dari 123,8 pada bulan Maret. Optimisme konsumen ini terdorong oleh Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), karena IKE meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Penghasilan Saat Ini, seperti yang tercatat dalam laporan BI.
Data Kepercayaan Konsumen Indonesia yang lebih baik tersebut mendorong Rupiah Indonesia (IDR) saat ini ketika melawan Dolar AS (USD) yang sedang sedikit melemah.
Pada hari Jumat, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa The Fed kemungkinan masih berencana untuk memangkas suku bunganya tahun ini, meskipun waktunya masih belum pasti.
Ketua The Fed Powell, menyebutkan sebelumnya bahwa, “Jika inflasi terbukti lebih persisten dan pasar tenaga kerja tetap kuat, maka wajar jika kami menunda penurunan suku bunga.” Selain akan memantau angka inflasi, Federal Reserve (The Fed) akan cenderung memantau kondisi pasar tenaga kerja.
Data-data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) telah menunjukkan pendinginan, dengan Non-Farm Payrolls (NFP) bulan April berada di bawah prakiraan, pendapatan rata-rata per jam melemah, dan sedikit peningkatan pada klaim tunjangan pengangguran awal mungkin akan membuat The Fed mempertimbangkan pergeseran pandangannya terhadap kebijakan.
Pekan ini, para pedagang akan memantau data-data inflasi AS, menurut Stephen Innes, salah satu kontributor di FXStreet, menyebutkan bahwa, jika pertumbuhan harga inti tetap terkendali, harapan pasar untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin dari The Fed pada tahun ini dapat menguat.