AUD/JPY Turun Mendekati 103,00 setelah Data Ketenagakerjaan Australia yang Beragam
- AUD/JPY melemah karena data pengangguran Australia yang lebih tinggi memperkuat sentimen dovish seputar sikap kebijakan RBA.
- Tingkat Pengangguran Australia naik menjadi 4,1%, menandai tingkat pengangguran tertinggi sejak Januari.
- PDB Jepang yang lebih rendah di kuartal pertama telah melemahkan kenaikan Yen Jepang (JPY).
AUD/JPY menghentikan kenaikan tiga hari beruntunnya, diperdagangkan di sekitar 103,00 selama jam-jam Asia pada hari Kamis. Penurunan AUD/JPY disebabkan oleh data ketenagakerjaan yang beragam dari Australia yang dirilis pada hari Kamis.
Biro Statistik Australia merilis Perubahan Ketenagakerjaan yang disesuaikan secara musiman untuk bulan April, menunjukkan peningkatan 38.000 menjadi 14,3 juta orang yang dipekerjakan di Australia. Hal ini telah melampaui ekspektasi pasar untuk angka 23,7 ribu, berbalik dari penurunan kecil di bulan Maret. Sementara Tingkat Pengangguran naik menjadi 4,1% dari angka sebelumnya 3,9%. Ini menandai tingkat pengangguran tertinggi sejak Januari dengan jumlah individu yang menganggur naik 30,3 ribu menjadi 604,2 ribu.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah Australia bertenor 10 tahun diperdagangkan lebih rendah di kisaran 4,2%, setelah Indeks Harga Upah (QoQ) Australia menunjukkan kenaikan 0,8% di kuartal pertama, meskipun, sedikit di bawah ekspektasi kenaikan 0,9%. Angka-angka ini telah mendukung sentimen dovish di sekitar Reserve Bank of Australia (RBA) mengenai kebijakan moneter.
Dari sisi Jepang, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang yang lebih rendah dari perkiraan di kuartal pertama telah melemahkan kenaikan Yen Jepang (JPY) dan membatasi penurunan pasangan AUD/JPY.
Produk Domestik Bruto (PDB) awal Jepang mengalami kontraksi 0,5% QoQ pada kuartal pertama, dibandingkan dengan revisi turun sebelumnya. Ekspektasi pasar adalah kontraksi 0,4%. PDB tahunan turun 2,0%, melampaui perkiraan penurunan 1,5%. Angka sebelumnya direvisi turun menjadi tidak ada pertumbuhan di 0%.
Menteri Ekonomi Jepang, Menteri Shindo, telah mengindikasikan bahwa ekonomi diantisipasi untuk mempertahankan pemulihan yang moderat. Namun, Shindo menekankan perlunya untuk memonitor secara ketat risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang asing, yang berpotensi menaikkan harga-harga domestik.