AUD/JPY Bergerak di Bawah 104,50 setelah Tiongkok Memutuskan untuk Mempertahankan Suku Bunga
- AUD/JPY melemah karena kemungkinan sentimen penghindaran risiko.
- Dolar Australia memangkas kenaikannya setelah keputusan suku bunga Tiongkok.
- PBOC mempertahankan LPR satu-tahun dan lima-tahun masing-masing di 3,45% dan 3,95%.
AUD/JPY telah memangkas kenaikan intraday, diperdagangkan di sekitar 104,20 selama sesi Eropa pada hari Senin, di tengah sentimen penghindaran risiko. Sebelumnya pada hari ini, Dolar Australia (AUD) terapresiasi tetapi kemudian memangkas kenaikannya menyusul keputusan suku bunga Tiongkok. People's Bank of China (PBOC) mempertahankan Suku Bunga Dasar Pinjaman/Loan Prime Rates (LPR) satu-tahun dan lima-tahun masing-masing di 3,45% dan 3,95%. Para pedagang sekarang menunggu Risalah Pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA), yang akan dirilis pada hari Selasa.
Dolar Australia dapat menghadapi kendala karena imbal hasil obligasi pemerintah Australia bertenor 10-tahun di sekitar 4,2% di level terendah dalam sebulan. Penurunan imbal hasil obligasi ini terjadi setelah laporan tenaga kerja domestik yang lebih lemah pada kuartal pertama. Pertumbuhan upah yang lamban telah menyebabkan pasar mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA).
Di sisi JPY, perbedaan suku bunga yang signifikan antara Jepang dan negara-negara lain memberikan tekanan jual pada Yen Jepang (JPY) dan mengangkat pasangan AUD/JPY. Bank of Japan (BoJ) meninggalkan kebijakan suku bunga negatif pada bulan Maret. Selain itu, para pedagang berspekulasi bahwa BoJ mungkin mengurangi pembelian obligasi pada pertemuan kebijakan bulan Juni. Gubernur BOJ Kazuo Ueda juga mengindikasikan bahwa tidak ada rencana dalam waktu dekat untuk menjual kepemilikan ETF bank sentralnya.
Temuan survei yang dilakukan oleh Bank of Japan (BoJ) untuk mengevaluasi langkah-langkah pelonggaran moneter di masa lalu menunjukkan bahwa Jepang berada di ambang perubahan signifikan dalam aktivitas korporasi. Banyak perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak mampu merekrut cukup pekerja jika mereka memotong upah. Selain itu, semakin banyak perusahaan mulai membebankan kenaikan biaya tenaga kerja ke harga jual. Para produsen mengidentifikasi stabilitas nilai tukar sebagai faktor paling penting yang mereka inginkan dari kebijakan moneter BoJ.