NZD/USD dapat Mencapai 0,6150 karena Dolar AS tetap Lemah
- NZD/USD tetap lebih kuat di tengah Dolar AS yang lebih lemah pada hari Senin.
- Dolar AS melemah setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun melemah pada hari Jumat.
- Dolar Selandia Baru mendapat dukungan karena RBNZ menaikkan prakiraan suku bunga puncak dan menunda waktu penurunan suku bunga.
NZD/USD melanjutkan kenaikan beruntun untuk 4 hari berturut-turut, diperdagangkan di kisaran 0,6130 selama jam-jam Asia pada hari Senin. Depresiasi Dolar AS (USD) menopang pasangan NZD/USD, yang dapat dikaitkan dengan peningkatan minat risiko setelah Ekspektasi Inflasi Konsumen 5 tahunan Universitas Michigan untuk bulan Mei dirilis pada hari Jumat.
Ekspektasi Inflasi Konsumen 5 tahun UoM untuk bulan Mei pada hari Jumat. Turun sedikit ke 3,0%, di bawah prakiraan 3,1%. Meskipun ada revisi naik pada Indeks Sentimen Konsumen menjadi 69,1 dari pembacaan awal 67,4, angka ini masih menandai level terendah dalam enam bulan terakhir. Angka-angka ini kemungkinan berkontribusi pada penguatan sentimen investor mengenai potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan di dekat 104,70 pada saat berita ini ditulis. Pada hari Jumat, Greenback melemah karena imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang lebih rendah, yang berada di 4,46%.
Di seberang lautan, Dolar Selandia Baru (Kiwi) tetap didukung oleh sikap hawkish Reserve Bank of New Zealand (RBNZ). Bank sentral telah menaikkan proyeksi puncak suku bunga dan menunda waktu untuk penurunan suku bunga. RBNZ mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam 15 tahun terakhir yaitu 5,5%, mengindikasikan bahwa kebijakan restriktif perlu dipertahankan lebih lama untuk memastikan inflasi kembali ke kisaran target 1-3%.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pekan lalu, Gubernur RBNZ Adrian Orr meremehkan kemungkinan kenaikan suku bunga, menunjukkan bahwa bank sentral hanya akan memperketat kebijakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mengelola ekspektasi inflasi. Selain itu, Deputi Gubernur RBNZ Christian Hawkesby menekankan bahwa "pemotongan suku bunga bukanlah bagian dari diskusi jangka pendek."