USD/JPY Lanjutkan Koreksi ke Dekat 141,00 Meskipun Divergensi Kebijakan The Fed-BoJ akan Lebih Jauh Melebar
- USD/JPY melanjutkan koreksinya ke dekat 141,00, Kanda berharap perubahan dalam kebijakan moneter minggu ini.
- Inflasi inti AS melemah tetapi pada laju yang lebih lambat karena belanja konsumen kuat.
- Indeks Dolar AS telah memangkas seluruh kenaikannya menjelang data IMP S&P Global pendahuluan untuk panduan lebih lanjut.
USD/JPY telah turun ke dekat support 141,00 di sesi London. Aset diprakirakan akan tetap beraksi karena Federal Reserve (The Fed) dan Bank of Japan (BoJ) akan mengumumkan keputusan suku bunga masing-masing pada 26 Juli dan 28 Juli.
Pasangan mata uang ini menghadapi tekanan meskipun investor berharap divergensi kebijakan The Fed-BoJ akan semakin melebar minggu ini. The Fed diprakirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut karena inflasi di Amerika Serikat jauh dari tingkat yang diinginkan 2%. Inflasi ekonomi Amerika Serikat melemah tajam pada bulan Juni karena harga mobil bekas yang lebih rendah mengimbangi dampak dari kenaikan marjinal harga bensin.
Para pejabat The Fed secara konsisten mengulangi perlunya dua kenaikan suku bunga tahun ini karena inflasi akan memakan waktu hingga mencapai 2% dalam menghadapi pasar tenaga kerja yang ketat. Inflasi inti AS melemah tetapi pada laju yang lebih lambat karena belanja konsumen kuat.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) telah memangkas seluruh kenaikannya setelah mencetak tertinggi harian di 101,40 saat investor menunggu data IMP S&P Global pendahuluan untuk panduan lebih lanjut. Menurut estimasi, IMP Manufaktur sedikit naik ke 46,4 dibandingkan rilis sebelumnya 46,3. IMP Jasa turun ke 54,1 dibandingkan rilis sebelumnya 54,4.
Di sisi Yen Jepang, pandangan beragam datang dari para pejabat tinggi. Gubernur BoJ Kazuo Ueda menyebutkan bahwa kebijakan suku bunga yang dovish harus dilanjutkan untuk menjaga inflasi stabil di atas 2%. Sementara itu, diplomat keuangan ternama Jepang Masato Kanda menyarankan bank sentral dapat mengubah pendekatannya terhadap stimulus moneter pada pertemuan kebijakan berikutnya, karena "tanda-tanda perubahan" dalam perilaku perusahaan pada pertumbuhan upah dan kenaikan harga, Reuters menginformasikan.