USD/IDR Meroket ke 15.438, Menggerus Rupiah setelah Data Ketenagakerjaan AS Optimis, Sentimen Risk Off
- Pasangan mata uang USD/IDR melonjak hingga mencapai level 15.438 siang ini di sesi Asia.
- Laporan Lowongan Kerja ADP AS meningkat ke 143.000, jauh di atas jumlah sebelumnya.
- Indeks Manajer Pembelian Jasa ISM dan beberapa data AS lainnya akan dicermati menjelang NFP.
USD/IDR kembali menyentuh wilayah di sekitar 15.400, yang pada saat berita ini ditulis, pasangan mata uang tersebut tengah diperdagangkan di 15.438. Meski menurut grafik harian, secara teknis pergerakan ini bisa mengalami koreksi ke sisi bawah untuk menutup gap hari ini ke 15.300-an.
Rupiah Indonesia (IDR) terseret oleh menguatnya Dolar AS (USD) setelah meningkatnya harapan pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih rendah ke 25 basis poin (bp). Selain itu arus aliran safe haven akibat kondisi di Timur Tengah yang semakin memanas telah memicu sentimen risk off bersama dengan data ketenagakerjaan AS yang optimis membuat USD mendapat dukungan secara luas
Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur Indonesia dari S&P Global di bulan September yang dirilis awal pekan ini terlihat naik ke 49,2 dari 48,9 di bulan Agustus, meskipun begitu angka ini masih berada di bawah ambang batas 50, berada di wilayah kontraksi yang sudah terjadi selama tiga bulan berturut-turut.
Data Indeks Harga Konsumen Indonesia tahunan untuk bulan September mengalami penurunan ke tingkat 1,84%, lebih rendah dari tingkat bulan Agustus di 2,12%. Data bulanan kembali mengalami deflasi ke 0,12% yang dipengaruhi oleh harga pangan yang terus merosot, di bawah tingkat sebelumnya 0,03%, ini merupakan deflasi selama lima bulan berturut-turut. Deflasi yang berkelanjutan ini berpotensi melemahkan daya beli masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Guru Besar Universitas Indonesia, Telisa Falianty kepada CNBC, bahwa terjadinya tekanan dalam struktur perekonomian Indonesia karena turunnya jumlah kelas menengah maupun anjloknya daya beli.
Sementara di wilayah Asia secara keseluruhan, Dana Moneter Internasional (IMF) mengantisipasi soft landing bagi perekonomian di wilayah ini karena inflasi yang moderat memberi ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter. IMF memprediksi pertumbuhan di kawasan Asia akan melambat dari 5% pada tahun 2023 menjadi 4,5% tahun ini dan 4,3% pada tahun 2025, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.
Kemudian dari Amerika Serikat, survei ADP AS yang dirilis semalam, menunjukkan bahwa sektor swasta menambahkan 143.000 pekerjaan pada bulan September, lebih baik dari 120.000 yang diantisipasi, dan berada jauh dari angka pada bulan Agustus yang berada di 103.000 (direvisi dari 99.000). Sebelumnya, laporan Lowongan Kerja JOLTS yang dirilis pada hari Selasa, menunjukkan lowongan kerja secara tak terduga melonjak sebesar 329.000, dari 7,711 juta (direvisi dari 7,673 juta) di bulan Juli menjadi 8,040 juta di bulan Agustus. Data-data ini telah mendorong penguatan Dolar AS, dengan Indeks Dolar AS (DXY) terlihat kembali ke level di atas 101, dengan mencapai level 101,88 sejauh ini.
Malam ini di sesi perdagangan Amerika, para investor akan mengawasi Indeks Manajer Pembelian (IMP) Jasa ISM AS untuk bulan September, Klaim Pengangguran Awal mingguan dan IMP Jasa akhir yang dilaporkan oleh S&P Global menjelang data Nonfarm Payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat.