USD/JPY Melepaskan Kenaikan Pasca Pemilu dan Kembali ke 152,50
- Dolar mengoreksi kembali kenaikan di sesi Asia dan kembali ke kisaran pertengahan 152,00.
- Para investor mengambil keuntungan Dolar AS menjelang rilis data penting AS minggu ini.
- Ketidakpastian politik di Jepang menunjukkan bahwa BoJ akan tetap bertahan pada hari Kamis.
Dolar AS telah mengoreksi kembali sebagian besar kenaikan yang terjadi setelah rilis hasil pemilu Jepang, mundur dari level tertinggi tiga bulan di 153,75 ke 152,50 sejauh ini.
Yen turun secara keseluruhan selama sesi Asia hari Senin karena pemilihan umum di Jepang memberikan kekalahan yang signifikan bagi partai yang berkuasa. Hasil ini membuka skenario politik yang tidak pasti dan mempertanyakan dukungan pemerintah untuk rencana normalisasi BoJ.
Skenario ini secara praktis mengkonfirmasi bahwa Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan hari Kamis.
Dolar Melemah Menjelang Rilis Data Penting AS
Di sisi lain, Dolar AS telah membuka minggu ini dengan nada yang lebih lunak. Para investor mungkin akan memangkas beberapa posisi beli USD, bersiap-siap untuk minggu yang sibuk, dengan rilis PDB AS, Indeks Harga PCE dan laporan Nonfarm Payrolls, yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan.
Gambaran teknis menunjukkan nada bullish yang lebih luas masih utuh meskipun divergensi bearish pada RSI 4 jam memperingatkan tentang koreksi yang lebih dalam. Support berada di level terendah hari Jumat, 151,60 di atas 150,70. Beberpa resistance berada di 153,75 dan 155,10.
Pertanyaan Umum Seputar Bank of Japan
Bank of Japan (BoJ) adalah bank sentral Jepang yang menetapkan kebijakan moneter di negara tersebut. Mandatnya adalah menerbitkan uang kertas dan melaksanakan kontrol mata uang dan moneter untuk memastikan stabilitas harga, yang berarti target inflasi sekitar 2%.
Bank of Japan memulai kebijakan moneter yang sangat longgar pada tahun 2013 untuk merangsang ekonomi dan mendorong inflasi di tengah lingkungan inflasi yang rendah. Kebijakan bank tersebut didasarkan pada Pelonggaran Kuantitatif dan Kualitatif (QQE), atau mencetak uang kertas untuk membeli aset seperti obligasi pemerintah atau perusahaan untuk menyediakan likuiditas. Pada tahun 2016, bank tersebut menggandakan strateginya dan melonggarkan kebijakan lebih lanjut dengan terlebih dahulu memperkenalkan suku bunga negatif dan kemudian secara langsung mengendalikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahunnya. Pada bulan Maret 2024, BoJ menaikkan suku bunga, yang secara efektif menarik diri dari sikap kebijakan moneter yang sangat longgar.
Stimulus besar-besaran yang dilakukan Bank Sentral Jepang menyebabkan Yen terdepresiasi terhadap mata uang utama lainnya. Proses ini memburuk pada tahun 2022 dan 2023 karena meningkatnya perbedaan kebijakan antara Bank Sentral Jepang dan bank sentral utama lainnya, yang memilih untuk menaikkan suku bunga secara tajam untuk melawan tingkat inflasi yang telah mencapai titik tertinggi selama beberapa dekade. Kebijakan BoJ menyebabkan perbedaan yang semakin lebar dengan mata uang lainnya, yang menyeret turun nilai Yen. Tren ini sebagian berbalik pada tahun 2024, ketika BoJ memutuskan untuk meninggalkan sikap kebijakannya yang sangat longgar.
Pelemahan Yen dan lonjakan harga energi global menyebabkan peningkatan inflasi Jepang, yang melampaui target BoJ sebesar 2%. Prospek kenaikan gaji di negara tersebut – elemen utama yang memicu inflasi – juga berkontribusi terhadap pergerakan tersebut.