AUD/USD Lanjutkan Penurunan Menuju 0,6600 Setelah RBA Secara Mengejutkan Mempertahankan Suku Bunga
- AUD/USD mengincar penurunan ke dekat 0,6600 setelah RBA mempertahankan status quo.
- Indeks Dolar AS meraih tertinggi baru tiga minggu di 102,22 saat kekhawatiran resesi global semakin dalam.
- Meskipun aktivitas pabrik lebih tinggi, sektor Manufaktur diprakirakan masih dalam fase kontraksi.
Pasangan AUD/USD menunjukkan penurunan vertikal dan turun lebih jauh menuju support angka bulat 0,6600 di sesi Eropa. Dolar Australia tampaknya akan mengalami penurunan lebih lanjut karena Reserve Bank of Australia (RBA) secara mengejutkan mempertahankan suku bunga tidak berubah di 4,10%. Juga, Indeks Dolar AS yang optimis membangun tekanan pada Dolar Australia.
S&P500 futures tetap lemah di sesi London karena investor menjadi berhati-hati menjelang data aktivitas pabrik AS. Indeks Dolar AS (DXY) meraih tertinggi baru tiga minggu di 102,22 saat kekhawatiran resesi global semakin dalam karena kebijakan moneter ketat dari bank-bank sentral global. Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun telah melonjak ke 4,0% menjelang data pasar tenaga kerja.
Namun sebelum laporan Ketenagakerjaan, IMP Manufaktur akan diawasi dengan ketat. Menurut konsensus, IMP Manufaktur diprakirakan lebih tinggi di 46,5 dibandingkan Juni di 46,0. Meskipun aktivitas pabrik lebih tinggi, sektor Manufaktur diprakirakan masih dalam fase kontraksi. Investor harus mencatat bahwa angka di bawah 50,0 dianggap kontraksi dan ini akan menjadi kontraksi kesembilan berturut-turut.
Dolar Australia merasakan tekanan signifikan karena Gubernur RBA Philip Lowe mempertahankan status quo. Lowe mempertahankan suku bunga tidak berubah di 4,10% tetapi tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Inflasi Australia turun pada laju yang layak. Terkait prospek inflasi, RBA memprakirakan inflasi akan kembali ke 2-3% pada akhir 2025.
Inflasi di Australia dapat pulih lebih jauh karena harga minyak global telah pulih secara signifikan dan kondisi pasar tenaga kerja sangat ketat. Kekurangan tenaga kerja yang optimis dapat menjaga momentum belanja konsumen tetap utuh. Ke depan, investor akan fokus pada data Penjualan Ritel kuartal kedua, yang akan dirilis pada hari Kamis.