WTI Incar Kenaikan Baru di Atas $86,50 karena Konflik Timur Tengah semakin Dalam
- WTI bersiap untuk kenaikan baru di tengah kekhawatiran bahwa konflik Israel-Palestina dapat meluas ke luar Gaza.
- Pasokan minyak dari pasar minyak yang sudah ketat diprakirakan akan meningkatkan inflasi di negara-negara pengimpor minyak.
- Perlambatan dalam perkembangan inflasi yang menurun menjadi 2% dapat meningkatkan taruhan atas sikap hawkish The Fed.
West Texas Intermediate (WTI), kontrak berjangka di NYMEX, mengumpulkan kekuatan untuk kenaikan baru di atas resistance terdekat di $86,50. Para investor melihat pasar minyak semakin mengetat karena konflik antara Israel dan Hamas dapat meluas hingga ke Gaza.
Sentimen pasar relatif berhati-hati namun para investor masih belum melakukan aksi jual yang intens karena mereka memantau bagaimana perkembangan selanjutnya. Hal ini dikarenakan Hamas bersiap-siap untuk melakukan diskusi mengenai gencatan senjata, sementara risiko partisipasi dari para pemain lain masih tetap ada. Negara-negara Barat mendukung Israel di tengah-tengah serangan Gaza, sementara Arab Saudi telah mengulurkan bantuannya kepada kelompok militer Palestina.
Menanggapi serangan dari Palestina, pasukan dari Israel melakukan serangan udara di Jalur Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Senin bahwa respon Israel terhadap serangan multi-cabang oleh orang-orang bersenjata Palestina dari Jalur Gaza akan mengubah Timur Tengah.
Pasokan minyak dari pasar minyak yang sudah ketat diprakirakan akan meningkatkan tekanan inflasi di negara-negara yang bergantung pada impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Indeks Dolar AS (DXY) turun lebih jauh di bawah 106,00 karena beberapa pengambil kebijakan Federal Reserve (The Fed) mendukung untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada tanggal 1 November karena kenaikan imbal hasil Treasury AS. Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun telah naik ke level tertinggi beberapa tahun di sekitar 4,8% dan telah meningkatkan biaya pinjaman.
Sementara itu, para investor menantikan data inflasi Amerika Serikat yang akan dirilis pada hari Kamis. Perlambatan dalam perkembangan inflasi yang turun menjadi 2% dapat meningkatkan spekulasi untuk satu kali lagi kenaikan suku bunga The Fed pada akhir tahun.